Situasi Terkini Penyakit Menular Seksual
Penanganan Infeksi menular seksual (IMS) masih merupakan tantangan karena merupakan penyakit yang erat kaitannya dengan perilaku yang berisiko, sebagian besar tidak menunjukkan gejala dan timbulnya resitansi N.gonorrhoeae terhadap beberapa antibiotika yang digunakan untuk program. Bila tidak dilakukan upaya-upaya yang komprehensif akan berdampak pada peningkatan angka kesakitan, kecacatan dan kematian yang memerlukan pelayanan kesehatan jangka panjang dengan biaya yang besar.
Berdasarkan estimasi World Health Organization (WHO) pada tahun 2012, setiap tahun terjadi 357 juta kasus baru IMS yang dapat disembuhkan pada usia 15-49 tahun. Sifilis pada ibu hamil dapat menyebabkan kematian fetus dan neonatus lebih dari 300.000 setiap tahun. Infeksi HPV berhubungan dengan 530.000 kasus kanker serviks dan 264.000 kematian akibat kanker serviks setiap tahun. Adapun gonore dan klamidia merupakan penyebab utama infertilitas di seluruh dunia. Untuk itu WHO mencanangkan strategi global untuk tahun 2030 dengan target: menurunkan insidens sifilis, gonore, infeksi baru HIV, dan kematian akibat AIDS sebanyak 90%, serta menurunkan kasus kongenital sifilis kurang dari 50 per 100.000 kelahiran hidup.
Bagaimana kondisi IMS di Indonesia? Data IMS non-HIV di Indonesia belum tercatat seperti data HIV, sehingga data yang sebenarnya tidak diketahui dengan pasti. Berdasarkan laporan HIV-AIDS & IMS triwulan IV tahun 2017 dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), jumlah kumulatif infeksi HIV dan kasus AIDS sampai dengan bulan Desember 2017 masing-masing sebanyak 280.623 orang dan 102.667 orang. Jumlah kasus HIV yang dilaporkan dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2017 mengalami kenaikan setiap tahunnya. Dalam 10 tahun terakhir penularan HIV telah bergeser dari melalui penggunaan jarum suntik tidak steril menjadi melalui hubungan seksual. Adapun jumlah kasus duh tubuh uretra dan ulkus genital dari tahun 2016 sampai dengan Desember 2017 masing-masing sebanyak 20.262 orang dan 5.754 orang. Pada periode waktu yang sama dilaporkan jumlah ibu hamil yang berkunjung pertama kali ke klinik antenatal care (ANC) sebanyak 149.209 orang, dari jumlah tersebut yang dilakukan tes sifilis hanya 108.430 orang, yang positif sifilis 8.092 orang, dan hanya 1.706 orang yang diterapi. Berdasarkan data dari sebagian besar Institusi Pendidikan Dokter Spesialis (IPDS) Dermatologi dan Venereologi di Indonesia, IMS yang paling sering adalah kutil anogenital, 
gonore, dan sifilis. Hasil penelitian uji resistansi N.
gonorrhoeae terhadap beberapa antibiotika pada tahun 2014 di Jakarta, Yogyakarta, dan Bali, terungkap bahwa semua isolate telah resistan terhadap tetrasiklin dan siprofloksasin, tetapi masih sensitif terhadap seftriakson (100%), sefiksim (100%), dan azitromisin (98,7%).
 
Berdasarkan laporan survei terpadu biologis dan perilaku (STBP) pada populasi kunci di beberapa kota di Indonesia pada tahun 2007, 2011, dan 2015, prevalensi HIV, 
gonore, klamidia, dan sifilis masih jauh lebih tinggi dari target pengendalian IMS terutama pada populasi LSL, wanita penjaja seks komersial langsung (WPSL), dan waria. Sayangnya pengetahuan komprehensif mengenai IMS dan HIV, serta penggunaan kondom pada populasi tersebut  masih sangat rendah.
Patogen penyebab dan jenis IMS yang ditimbulkan
 
  | 
   PATOGEN 
   | 
  
   MANIFESTASI KLINIS DAN PENYAKIT 
   | 
 
 
  | 
   INFEKSI BAKTERI 
  Neisseria Gonorrheoeae 
   | 
  
     
  GONORE 
  Laki-laki:
  uretritis, epididimitis, orkitis, kemandulan  
  Perempuan:
  servisitis, endometritis, salpingitis, bartolinitis, penyakit radang panggul,
  kemandulan, ketuban pecah dini, perihepatitis 
  Laki-laki
  & perempuan: proktitis, faringitis, infeksi gonokokus diseminata
  Neonatus: konjungtivitis, kebutaan 
    
   | 
 
 
  | 
   Chlamydia
  trachomatis 
   | 
  
   KLAMIDIOSIS
  (INFEKSI KLAMIDIA)  
  Laki-laki:
  uretritis, epididimitis, orkitis, kemandulan  
  Perempuan:
  servisitis, endometritis, salpingitis, penyakit radang panggul, kemandulan,
  ketuban pecah dini, perihepatitis, umumnya asimtomatik  
  Laki-laki &
  perempuan: proktitis, faringitis, sindrom Reiter Neonatus: konjungtivitis,
  pneumonia 
    
   | 
 
 
  | 
   Chlamydia
  trachomatis (galur L1-L3) 
   | 
  
   LIMFOGRANULOMA VENEREUM  
  Laki-laki
  & perempuan: ulkus, bubo inguinalis, proktitis 
                                         
   | 
 
 
  | 
   Treponema
  pallidum 
   | 
  
   SIFILIS
   
  Laki-laki &
  perempuan: ulkus durum dengan pembesaran kelenjar getah bening lokal, erupsi
  kulit, kondiloma lata, kerusakan tulang, kardiovaskular dan neurologis  
  Perempuan:
  abortus, bayi lahir mati, kelahiran prematur  
  Neonatus: lahir
  mati, sifilis congenital 
    
   | 
 
 
  | 
   Haemophilus
  ducreyi 
   | 
  
   CHANCROID (ULKUS MOLE) 
  Laki-laki
  & perempuan: ulkus genitalis yang nyeri, dapat disertai dengan bubo 
    
   | 
 
 
  | 
   Klebsiella
  (Calymmatobacterium) granulomatis 
   | 
  
   GRANULOMA  INGUINALE (DONOVANOSIS) 
  Laki-laki &
  perempuan: pembengkakan kelenjar getah bening dan lesi ulseratif didaerah
  inguinal, genitalia dan anus. 
    
   | 
 
 
  | 
   Mycoplasma
  genitalium 
   | 
  
   Laki-laki:
  duh tubuh uretra (uretritis non-gonore)  
  Perempuan:
  servisitis dan uretritis non-gonore, mungkin penyakit radang panggul 
    
   | 
 
 
  | 
   Ureaplasma
  urealyticum 
   | 
  
   Laki-laki: duh
  tubuh uretra (uretritis non-gonokokus)  
  Perempuan:
  servisitis dan uretritis non-gonokokus, mungkin penyakit radang panggul 
    
   | 
 
 
  | 
   INFEKSI VIRUS  
  Human
  Immunedeficiency Virus (HIV) 
   | 
  
     
  INFEKSI HIV / ACQUIRED IMMUNE
  DEFICIENCY SYNDROME (AIDS) 
   Laki-laki & perempuan: penyakit yang
  berkaitan dengan infeksi HIV, AIDS 
    
   | 
 
 
  | 
   Herpes
  simplex virus (HSV) tipe2 dan tipe 1 
   | 
  
   HERPES
  GENITALIS 
  Laki-laki &
  perempuan: lesi vesikular dan/atau ulseratif didaerah genitalia dan anus
  Neonatus: herpes neonates 
    
   | 
 
 
  | 
   Human
  papillomavirus (HPV) 
   | 
  
   KUTIL KELAMIN  
  Laki-laki:
  kutil di daerah penis dan anus, kanker penis dan anus Perempuan: kutil di
  daerah vulva, vagina, anus, dan serviks; kanker serviks, vulva, dan anus
  Neonatus: papiloma larings 
    
   | 
 
 
  | 
   Virus
  hepatitis B 
   | 
  
   HEPATITIS
  VIRUS  
  Laki-laki &
  perempuan: hepatitis akut, sirosis hati, kanker hati 
   | 
 
 
  | 
   Virus
  moluskum kontagiosum 
   | 
  
   MOLUSKUM KONTAGIOSUM  
  Laki-laki
  & perempuan: papul multipel, diskret, berumbilikasi di daerah genitalia
  atau generalisata 
    
   | 
 
 
  | 
   INFEKSI PROTOZOA Trichomonas vaginalis 
   | 
  
      TRIKOMONIASIS 
  Laki-laki:
  uretritis non-gonokokus, seringkali asimtomatik Perempuan: vaginitis dengan
  duh tubuh yang banyak dan berbusa, kelahiran prematur Neonatus: bayi dengan
  berat badan lahir rendah 
    
   | 
 
 
  | 
   INFEKSI JAMUR Candida albicans 
   | 
  
     
  KANDIDIASIS  
  Laki-laki:
  infeksi di daerah glans penis  
  Perempuan:
  vulvo-vaginitis dengan duh tubuh vagina bergumpal, disertai rasa gatal &
  terbakar di daerah vulva 
   | 
 
 
  | 
   INFEKSI PARASIT Phthirus pubis 
   | 
  
     
  PEDIKULOSIS
  PUBIS  
  Laki-laki &
  perempuan: papul eritematosa,gatal, terdapat kutu dan telur di rambut pubis 
    
   | 
 
 
  | 
   Sarcoptes
  scabiei 
   | 
  
   SKABIES  
  Papul
  gatal, di tempat predileksi, terutama malam hari 
   | 
 
Dinamika transmisi IMS  
Pada area geografis tertentu patogen IMS ditularkan di antara atau dari individu berisiko tinggi dengan angka
infeksi yang tinggi dan kekerapan berganti-ganti pasangan seksual (kelompok inti atau core group). 
Dengan perkembangan epidemi, patogen dapat menyebar dari kelompok inti kepada populasi pelanggan
(populasi antara, bridging population), yang menjadi perantara penting lintas seksual antara kelompok inti
dan populasi umum. 
Pada gilirannya populasi antara akan menularkan penyakitnya kepada pasangan seksual lainnya, misalnya
suami/isterinya ataupun pasangan seksual tetap di dalam populasi umum
Program Pencegahan & Pengendalian IMS 
Program pencegahan dan pengendalian IMS bertujuan untuk 
Mengurangi morbiditas dan mortalitas berkaitan dengan IMS 
Infeksi menular seksual, selain infeksi HIV menimbulkan beban morbiditas dan mortalitas
terutama di negara sedang berkembang dengan sumber daya yang terbatas, baik secara
langsung yang berdampak pada kualitas hidup, kesehatan reproduksi dan anak-anak,
serta secara tidak langsung melalui perannya dalam mempermudah transmisi seksual
infeksi HIV dan dampaknya terhadap perekonomian perorangan maupun nasional. 
Spektrum gangguan kesehatan yang ditimbulkan IMS mulai dari penyakit akut yang ringan
sampai lesi yang terasa nyeri serta gangguan psikologis. Misalnya, infeksi oleh
N.gonorrhoeae menimbulkan nyeri saat berkemih (disuria) pada laki-laki, dan nyeri perut
bagian bawah akut ataupun kronis pada perempuan. Tanpa diobati, infeksi oleh T.pallidum, meskipun tidak nyeri pada stadium awal, namun dapat menimbulkan berbagai
kelainan neurologis, kardiovaskular serta gangguan tulang di kemudian hari, serta abortus
pada perempuan hamil dengan infeksi akut. 
Chancroid dapat menimbulkan ulkus dengan
rasa nyeri hebat dan bila terlambat diobati dapat menyebabkan destruksi jaringan,
terutama pada pasien imunokompromais. Infeksi herpes genitalis menimbulkan gangguan
psikoseksual karena bersifat rekurens dan menimbulkan rasa nyeri, terutama pada pasien
muda. Biaya yang dikeluarkan, termasuk biaya langsung baik medis dan non medis, serta
biaya tidak langsung akibat waktu yang hilang untuk melakukan aktivitas produktif (waktu
untuk pergi berobat, waktu tunggu di sarana pelayanan kesehatan, serta waktu untuk
pemeriksaan tenaga kesehatan). 
Mencegah infeksi HIV 
Mencegah dan mengobati IMS dapat mengurangi risiko penularan HIV melalui hubungan
seks, terutama pada populasi yang paling memungkinkan untuk memiliki banyak
pasangan seksual, misalnya penjaja seks dan pelanggannya. Keberadaan IMS dengan
bentuk inflamasi atau ulserasi akan meningkatkan risiko masuknya infeksi HIV saat
melakukan hubungan seks tanpa pelindung antara seorang yang telah terinfeksi IMS
dengan pasangannya yang belum tertular. Ulkus genitalis atau seseorang dengan riwayat
pernah menderita ulkus genitalis diperkirakan meningkatkan risiko tertular HIV 50-300 kali
setiap melakukan hubungan seksual tanpa pelindung. Program pencegahan HIV akan
mempercepat pencapaian Millennium Development Goal (MDG) tujuan 6 di tahun 2015
(kotak 1). 
Mencegah komplikasi serius pada kaum perempuan 
Infeksi menular seksual merupakan penyebab kemandulan yang paling dapat dicegah,
terutama pada perempuan. Antara 10%-40% perempuan dengan infeksi Chlamydia yang
tidak diobati akan mengalami penyakit radang panggul (PRP). Kerusakan tuba falopii pasca
infeksi berperan dalam kasus kemandulan perempuan (30%-40%). Terlebih lagi,
perempuan dengan PRP berkemungkinan 6-10 kali mengalami kehamilan ektopik
dibandingkan dengan yang tidak menderita PRP, dan 40%-50% kehamilan ektopik
disebabkan oleh PRP yang diderita sebelumnya. MDG 5, bertujuan untuk menurunkan
angka kematian ibu sebesar 75% pada tahun 2015. Pencegahan PRP berperan dalam
pencapaian tujuan ini melalui pencegahan kematian ibu akibat kehamilan ektopik.
Pencegahan infeksi human papillomavirus (HPV) akan menurunkan angka kematian
perempuan akibat kanker serviks, yang merupakan kanker terbanyak pada perempuan. 
Mencegah efek kehamilan yang buruk 
Infeksi menular seksual yang tidak diobati seringkali dihubungkan dengan infeksi
kongenital atau perinatal pada neonatus, terutama di daerah dengan angka infeksi yang
tinggi. Perempuan hamil dengan sifilis dini yang tidak diobati, sebanyak 25%
mengakibatkan janin lahir mati dan 14% kematian neonatus, keseluruhan menyebabkan
kematian perinatal sebesar 40%. Kehamilan pada perempuan dengan infeksi gonokokus
yang tidak diobati, sebesar 35% akan menimbulkan abortus spontan dan kelahiran
prematur, dan sampai 10% akan menyebabkan kematian perinatal. Dalam ketiadaan upaya
pencegahan, 30% sampai 50% bayi yang lahir dari ibu dengan gonore tanpa pengobatan
dan sampai 30% bayi yang lahir dari ibu dengan klamidiosis tanpa diobati, akan
mengalami oftalmia neonatorum yang dapat mengakibatkan kebutaan. 
 
0 Comments