STRATEGI PROMOSI KESEHATAN

Pengertian Promosi Kesehatan

Promosi Kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui proses pembelajaran dari – oleh - untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. Menolong diri sendiri artinya bahwa masyarakat mampu berperilaku mencegah timbulnya masalah - masalah dan gangguan kesehatan, memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan serta mampu pula berperilaku mengatasi apabila masalah gangguan kesehatan tersebut terlanjur terjadi di tengah - tengah kehidupan masyarakat. Banyak masalah kesehatan yang ada di negeri kita Indonesia, termasuk timbulnya Kejadian Luar Biasa (KLB) yang erat kaitannya dengan perilaku masyarakat itu sendiri. 

Sebagai contoh KLB Diare dimana penyebab utamanya adalah rendahnya perilaku hidup bersih dan sehat seperti kesadaran akan buang air besar yang belum benar (tidak di jamban), cuci tangan pakai sabun masih sangat terbatas, minum air yang tidak sehat, dan lain - lain. Promosi kesehatan bukan hanya proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan saja, tetapi juga disertai upaya -upaya memfasilitasi perubahan perilaku. 

Dengan demikian promosi kesehatan adalah program - program kesehatan yang dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan) baik di dalam masyarakat sendiri maupun dalam organisasi dan lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya, politik dan sebagainya). Atau dengan kata lain promosi kesehatan tidak hanya mengaitkan diri pada peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku kesehatan saja, tetapi juga meningkatkan atau memperbaiki lingkungan (fisik dan non-fisik) dalam rangka memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat. 

Umumnya ada empat faktor yang dapat mempengaruhi masyarakat agar merubah perilakunya, yaitu:
  1. Fasilitasi, yaitu bila perilaku yang baru membuat hidup masyarakat yang melakukannya menjadi lebih mudah, misalnya adanya sumber air bersih yang lebih dekat;
  2. Pengertian yaitu bila perilaku yang baru masuk akal bagi masyarakat dalam konteks pengetahuan lokal,
  3. Persetujuan, yaitu bila tokoh panutan (seperti tokoh agama dan tokoh agama) setempat menyetujui dan mempraktekkan perilaku yang di anjurkan dan
  4. Kesanggupan untuk mengadakan perubahan secara fisik misalnya kemampuan untuk membangun jamban dengan teknologi murah namun tepat guna sesuai dengan potensi yang di miliki.
Pendekatan program promosi menekankan aspek ”bersama masyarakat”, dalam artian:
  1. Bersama dengan masyarakat fasilitator mempelajari aspek-aspek penting dalam kehidupan masyarakat untuk memahami apa yang mereka kerjakan, perlukan dan inginkan,
  2. Bersama dengan masyarakat fasilitator menyediakan alternatif yang menarik untuk perilaku yang beresiko misalnya jamban keluarga sehingga buang air besar dapat di lakukan dengan aman dan nyaman serta
  3. Bersama dengan masyarakat petugas merencanakan program promosi kesehatan dan memantau dampaknya secara terus-menerus, berkesinambungan.

Strategi Promosi Kesehatan

Untuk mewujudkan visi dan misi promosi kesehatan seperti diuraikan di atas, diperlukan cara pendekatan yang strategis agar tercapai secara efektif dan efisien. Cara ini sering disebut “strategi”. Jadi strategi ialah, cara untuk mencapai atau mewujudkan visi dan misi promosi kesehatan secara efektif dan efisien.

Strategi Global (Promosi Kesehatan) Menurut WHO, 1984

1. Advokasi (Advocacy)

Kegiatan yang ditujukan kepada pembuat keputusan (decivision makers) atau penentu kebijakan (policy makers) baik di bidang kesehatan maupun sector lain di luar kesehatan, yang mempunyai pengaruh terhadap public. Tujuannya adalah agar para pembuat keputusan mengeluarkan kebijakan - kebijakan, antara lain dalam bentuk peraturan, undang - undang, instruksi, dan sebagainya yang menguntungkan kesehtan public. Bentuk kegiatan advokasi ini antara lain lobbying, pendekatan atau pembicaraan - pembicaraan formal atau informasi terhadap para pembuat keputusan, penyaji isu - isu atau masalah - masalah kesehatan atau yang mempengaruhi kesehatan masyarakat setempat, seminar - seminar masalah kesehatan, dan sebagainya. 

Output kegiatan advokasi adalah undang - undang, peraturan - peraturan daerah, instruksi - instruksi yang mengikat masyarakat dan instasi - instasi yang terkait dengan masalah kesehatan. Oleh sebab itu sasaran advokasi adalah para pejabat eksekutif, dan legislative, para pemimpin dan pengusaha , serta organisasi politik dan organisasi masyarakat, baik tingkat pusat, provinsi, kabupaten, kecamatan maupun desa atau kelurahan.

2. Dukungan social (Social support)

Kegiatan yang ditujukan kepada para tokoh masyarakat, baik formal (guru, lurah, camat, petugas kesehatan, dan sebaginya) maupun informal (tokoh agama, dan sebagainya) yang mempunyai pengaruh di masyarakat. Tujuan kegiatan ini adalah agar kegiatan atau program kesehatan tersebut memperoleh dukungan dari para tokoh masyarakat (toma) dan tokoh agama (toga). Selanjutnya toma dan toga diharapkan dapat menjembatani antar pengelola program kesehatan dengan masyarakat.

Pada masyarakat yang masih paternalistik seperti di Indonesia ini, toma dan toga merupakan panutan perilaku masyarakat yang sangat signifikan. Oleh sebab itu apabila toma dan toga sudah mempunyai perilaku sehat, akan mudah ditiru oleh anggota masyarakat yang lain. Bentuk kegiatan mencari dukungan social ini antara lain pelatihan - pelatihan para toma dan toga, seminar, lokakarya, penyuluhan, dan sebagainya.,

3. Pemberdayaan masyarakat (Empowerment)

Pemberdayaan ini ditujukan kepada masyarakat langsung sebagai sasaran primer atau utama promosi kesehatan. Tujuannya adalah agar masyarakat memiliki kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri. Pemberdayaan masyarakat ini dpat diwujudkan dengan berbagai kegiatan, antara lain penyuluhan kesehatan, pengorganisasian dan pembangunan masyarakat dalam bentuk, misalnya, loperasi dan pelatijan keterampilan dalam rangka peningkatan pendapatan keluarga (latihan menjahit, pertukangan, perternakan, dan sebagainya). Melalui kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan masyarakat memiliki kemampuan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri (self relince in health). 

Oleh karena bentuk kegiatan pemberdayaan masyarakat ini lebih pada kegiatan pergerakan masyarakat untuk kesehatan, misalnya adanya dana sehat, adanya pos obat desa, adanya gotong royong kesehatan, dan sebagainya, maka kegiatan ini sering disebut “gerakan masyarakat” untuk kesehatan. Meskipun demikian tidak semua pemberdayaan masyarakat itu berupa kegiatan gerakan masyarakat. 

Strategi Promosi Kesehatan Berdasarkan Piagam Ottawa (Ottawa Charter

Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di Ottawa Canada tahun 1986 menghasilkan Piagam Ottawa (Ottawa Charter), dan salah satunya rumusan strategi promosi kesehatan yang dikelompokkan menjadi 5 (lima) butir.

1. Kebijakan berwawasan kesehatan (Health public policy)

Kegiatan ini ditujukan kepada para pembuat keputusan atau penentu kebijakan, sehingga dikeluarkan atau dikembangkannya kebijakan - kebijakan pembangunan yang berwawasan kesehatan. Hal ini berarti bahwa setiap kebijakan pembangunan dibidang apa saja harus mempertimbangkan dampak kesehatannya bagi masyarakat. Misalnya apabila orang akan mendirikan pabrik atau industri, maka sebelumnya harus dilakukan analisis dampak lingkungan, sejauh mana lingkungan akan tercemar oleh limbah pabrik tersebut, yang akhirnya berdampak terhadap kesehatan masyarakat sekitar. 

2. Lingkungan yang mendukung (Supportive environment)

Kegiatan untuk mengembangkan jaringan kemitraan dan suasana yang mendukung. Kegiatan ini ditujukan kepada para pemimpin organisasi masyarakat serta pengelolaan tempat - tempat umum (public places). Kegiatan mereka diharapkan memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan, baik lingkungan nonfisik maupun lingkungan nonfisik yang mendukung atau kondusif terhadap kesehatan masyarakat. 

3. Reorientasi pelayanan kesehatan (Reorient health service)

Kesehatan masyarakat bukan hanya masalah pihak pemberi pelayanan (provide), baik pemerintah maupun swasta saja, melainkan juga masalah masyarakat sendiri (consumer). Oeleh sebab itu penyelenggaraan pelayanan kesehatan juga merupakan tanggung jawab bersama antara pihak pemberi pelayanan (provide) dan pihak penerima pelayanan (consumer). Dewasa ini titik berat pelayanan kesehatan masih berada pada pihak pemerintah dan swasta, dan kurang melibatkan masyarakat sebagai penerima pelayanan. Melibatkan masyarakat dalam pelayanan kesehatan berarti memberdayakan kesehatannya sendiri. Bentuk pemberdayaan masyarakat dalam pemeliharaan dan peningkatan kesehatan ini bervariasi, mulai dari terbentuknya lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang peduli terhadap kesehatan, baik dalam bentuk pelayanan maupun bantuan - bantuan teknis (pelatihan), sampai dengan upaya - upaya swadaya masyarakat sendiri. 

4. Keterampilan individu (Personal skill)

Kesehatan masyarakat adalah kesehatan agregat, yang terdiri dari kelompok, keluarga, dan individu. Oleh sebab itu kesehatan masyarakat terwujud apabila kesehatan kelompok, kesehatan masing - masing keluarga dan kesehatan individu terwujud. Oleh sebab itu meningkatkan keterampilan setiap anggota masyarakat agar mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri (personnal skill), adalah sangat penting. Hal ini berarti bahwa masing - masing individu di dalam masyarakat seyogianya mempunyai pengetahuan dan kemampuan yang baik terhadap cara - cara memelihara kesehatannya, mengenal penyakit - penyakit dan penyebabnya, mampu mencegah penyakit, mampu meningkatkan kesehatannya, dan mampu mencari pengobatan yang layak bilamana mereka atau anak - anak mereka sakit. 

5. Gerakan masyarakat (Community action)

Telah disebutkan di atas bahwa kesehatan masyarakat adalah perwujudan kesehatan kelompok, keluarga, dan individu. Oleh sebab itu mewujudkan derajat kesehatan masyarakat akan efektif apabila unsur - unsur yang ada di masyarakat tersebut bergerak bersama - sama. Dengan perkataan lain meningkatkan kegiatan - kegiatan masyarakat dalam mengupayakan peningkatan kesehatan mereka sendiri adalah wujud dari gerakan masyarakat (community action). 


DAFTAR PUSTAKA
Prof.Dr.Soekidjo Notoadmodjo, SKM.M.Com.H.2007.(Promkes & Ilmu Perilaku). Jakarta : Rinekacipta.
Wahit Iqbal Mubarok, Nurul Chayatir, Khoirul Rozikin, Supradi. 2007. Promosi Kesehatan (Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar dalam Pendidikan).Yogyakarta : Graha Ilmu.

file:///C:/Users/ACER/Downloads/PROMOSI%20KESEHATAN%20%20MASYARAKAT.pdf

Post a Comment

0 Comments