KONSEP DASAR MASA NIFAS


Konsep Dasar Masa Nifas

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Saifuddin, 2016).

Kala puerperium yang berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya organ kandungan pada keadaan yang normal (Manuaba, 2013).

Berdasarkan pengertian dari berbagai sumber, penulis menyimpulkan bahwa masa nifas adalah masa yang dimulai setelah kelahiran plasenta sampai dengan 6 minggu (40 hari) yang digunakan untuk pemulihan organ kandungan pada keadaan normal.

Tahapan Masa Nifas

Menurut Walyani (2015), masa nifas dibagi menjadi 3 yaitu :
1)     Puerperium dini 
Puerperium dini yaitu kepulihan ketika ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan.
2)    Puerperium intermedial 
Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia.
3)    Remote Puerperium 
Remote puerperium waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna mungkin beberapaminggu, bulan, tahun. 

Laktasi dan Menyusui

Laktasi dimulai pada semua wanita dengan perubahan hormon saat melahirkan. Wanita yang menyusui berespon terhadap menstimulus bayi yang disusui akan terus melepaskan hormon dan stimulasi alveoli yang memproduksi susu (Margareth ZH, 2013). Produksi ASI terjadi sesudah kelahiran bayi ketika kadar hormon estrogen menurun. Penurunan kadar estrogen memungkinkan naiknya kadar prolaktin dan produksi ASI. Hisapan bayi memicu pelepasan ASI dari alveolus mamae melalui duktus kesinus lactiferous serta merangsang produksi oksitosin oleh kelenjar hipofisis posterior. Oksitosin memasuki darah dan menyebabkan kontraksi sel-sel khusus (sel-sel mioepitel) yang mengelilingi alveolus mamae dan duktus laktiferus. Kontraksi sel-sel khusus ini mendorong ASI keluar dari alveoli melalui duktus lactiferous menuju sinus lactiferous, tempat ASI akan disimpan (Margareth, 2013).

Proses Pengeluaran ASI

Menurut Manuaba (2013), proses pengeluaran ASI terdiri dari :
a)      Kolostrum
  • Berwarna kuning jernih dengan protein berkadar tinggi. 
  • Mengandung : imunoglobulin, laktoferin, ion-ion (Na, Ca, K, Zn, Fe), vitamin (A, E, K, dan D), lemak, dan rendah laktosa. 
  • Pengeluaran kolostrum berlangsung sekitar 2-3 hari dan diikuti ASI yang mulai berwarna putih.
b)      ASI transisi (antara)
ASI antara keluar pada hari ketiga sampai hari ketujuh, mulai berwarna putih bening dengan susunan yang disesuaikan kebutuhan bayi, dan kemampuan mencerna usus bayi.
c)      ASI sempurna (matur)
Pengeluaran ASI matur pada lebih dari hari ketujuh sesuai dengan perkembangan usus bayi sehingga dapat menerima susunan ASI sempurna. Kolostrum banyak mengandung antibody dan anti infeksi serta dapat menumbuhkembangkan flora dalam usus bayi, untuk siap menerima ASI. Dengan memperhatikan perkembangan pengeluaran ASI, tidak ada ASI yang tidak berguna (Manuaba, 2013).

Reflek Penting dalam Proses Laktasi
Menurut Walyani (2015),ada 2 refleks pada ibu yang sangat penting dalam proses laktasi yaitu:
1)      Refleks prolaktin
Sewaktu bayi menyusu ujung saraf peraba yang terdapat pada puting susu terangsang. Rangsangan tersebut oleh serabut afferent dibawa ke hipotalamus di dasar otak, lalu memacu hipofise anterior untuk mengeluarkan hormon prolaktin ke dalam darah. Melalui sirkulasi prolaktin memacu sel kelenjar atau alveoli untuk memproduksi airsusu. Jumlah prolaktin yang disekresi dan jumlah susu yang diproduksi berkaitan dengan stimulus hisapan, yaitu frekuensi, intensitas, dan lamanya bayi menghisap.
2)      Refleks aliran (let down reflex)
Rangsangan yang ditimbulkan oleh bayi saat menyusu selain mempengaruhi hipofise anterior mengeluarkan hormon prolaktin juga mempengaruhi hipofise posterior mengeluarkan hormon oksitosin, dimana oksitosin dilepas ke dalam darah akan memacu otot-otot polos yang mengelilingi alveoli dan duktulus berkontraksi sehingga memeras air susu dari alveoli, duktulus, dan sinus menuju puting susu.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laktasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses laktasi menurut (Manuaba 2013) antara lain :
a)      Mobilisasi dini pada masa nifas dapat mempercepat produksi ASI.
b)      Diet 4 sehat 5 sempurna dapat meningkatkan produksi ASI. Makanan yang sehat berupa nasi, lauk, sayur dan ditambah 1 telur setiap hari. Lebih baik lagi bila ditambah buah-buahan dan susu.
c)      Rangsangan puting susu ibu mempercepat pengeluaran ASI, karena oksitosin bekerjasama dengan hormon prolaktin.
d)     Ibu yang menderita penyakit jantung berat, pengidap infeksi virus, TBC atau lepra tidak boleh menyusui karena akan menambah beratnya penyakit ibu atau kemungkinan menularkan penyakit pada bayinya. Ibu dengan preeklampsia dan eklampsia juga tidak boleh menyusui, karena banyaknya obat-obatan yang telah diberikan sehingga dapat mempengaruhi bayinya.
e)      Bayi dengan kondisi-kondisi tertentu tidak boleh diberi ASI, antara lain bayi dengan kejang-kejang yang dapat menimbulkan aspirasi ASI, bayi BBLR karena refleks menelannya sulit sehingga bahaya aspirasi mengancam, bayi dengan cacat bawaan yang tidak bisa menelan (labioskisis, palatognatoskisis, labiognatopalatoskisis), bayi dengan penyakit metabolisme seperti alergi ASI.
f)       Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal, salah satunya mengurangi jumlah ASI yang diproduksi (Saifuddin, 2016).

Post a Comment

0 Comments