TERAPI NUTRISI UNTUK PASIEN HIV-AIDS

Definisi Defisit Nutrisi Pada Pasien HIV/AIDS

Diet adalah situasi di mana orang-orang yang tidak berpuasa atau berorientasi risiko dikaitkan dengan konsumsi yang tidak memadai atau nutrisi yang tidak mencukupi untuk kebutuhan metabolisme.

Nutrisi merupakan makanan / sari, yang bermanfaat bagi kesehatan. Makanan sangat penting untuk mendukung pemulihan penyakit, termasuk fakta bahwa itu akan berdampak pada peningkatan kualitas hidup. Status Nutrisi memburuk bersifat multifaktorial, terutama karena kurangnya konsumsi makanan, penyerapan dan gangguan metabolisme, infeksi oportunistik dan kurangnya aktivitas fisik

Penyebab Defisit Nutrisi Pada Pasien HIV/AIDS

Karena seseorang telah terinfeksi HIV / AIDS, interupsi sistem kekebalan tubuh adalah tingkat yang lebih serius sampai ada juga penurunan kondisi makanan, salah satu faktor yang berperan dalam mengurangi sistem kekebalan tubuh, adalah kurangnya nutrisi baik mikro maupun makro. Penurunan status nutrisi ini disebabkan oleh kurangnya makanan untuk invasi untuk hal-hal yang berbeda, seperti keberadaan mual, muntah, diare, nutrisi dan penyakit menular oportunistik, perubahan tambahan dalam tubuh atau periode yang berkurangnya massa otot. Asupan Nutrisi yang kurang dari pada tubuh membutuhkan defisit nutrisi pada ODHA.

Tanda dan Gejala Defisit Nutrisi Pada Pasien HIV/AIDS

Secara spesifik tanda gejala defisit nutrisi pada pasien HIV/AIDS Menurut Dirjen Pemberantasan Penyakit Menular tahun 2003, yaitu pasien HIV pada umumnya mengalami penurunan nafsu makan. Tanda dan gejala defisit nutrisi pada ODHA yaitu penurunan berat badan minimal 10% dari rentang ideal dan diare kronis menyebabkan dehidrasi. 

Defisit nutrisi pada ODHA disebabkan oleh karena ketidakmampuan dalam menelan makanan akibat dari infeksi seperti sariawan atau esofagitis di dalam mulut dan tenggorokan yang disebabkan oleh jamur Candida Albicans. Infeksi oportunistik umum lainnya, demam, efek samping obat-obatan berupa perasaan mual dan muntah, ataudepresi.

ODHA pada umumnya mengalami penurunan nafsu makan. karena pengaruh obat ARV dan kesulitan dalam menelan akibat infeksi jamur Kandida Albicans pada mulut. ODHA juga menderita diare yang menyebabkan dehidrasi, penyerapan makanan yang buruk sehingga terjadi penurunan berat badan secara signifikan. Saat diare juga terjadi hilangnya zat gizi dalam tubuh seperti vitamin dan mineral sehingga harus diberikan asupan zat gizi yang tepat (Kementerian Kesehatan RI, 2010)

Dampak Defisit Nutrisi pada Pasien HIV/AIDS 

Kurangnya Asupan nutrisi dari kebutuhan memiliki dampak pada ODHA  yaitu berat badan kurang, keletihan, kekurangan vitamin & mineral, peningkatan kerentanan terhadap infeksi sekunder. Dampak di sebabkan karena tidak adanya penujang gizi yang baik untuk memperlambat proses penyebaran virus. Dengan peningkatan asupan nutrisi dapat membantu tubuh melawan virus, mengurangi gejala, dan mencegah komplikasi yang terjadi pada ODHA .

Setiap pasien HIV/AIDS yang telah dikatagorikan IMT berdasarkan data berat badan dan tinggi badan akan dikaji lebih lanjut mengenai asupan makanan dan minumnya, kehilangan berat badan, efek samping obat yang dikonsumsi serta pengetahuannya terhadap gizi selama mengidap HIV/AIDS

 Tabel Kebutuhan Nutrisi ODHA

Manisfestasi klinis pada Orang Dengan HIV/AIDS

Anoreksia dan disfagia

Gangguan Gizi : Penurunan nafsu makan, kesulitan menelan karena infeksi jamur mulut
Diet: makanan lunak, disajikan menarik, porsi kecil dan sering.

Diare

Gangguan gizi : Kehilangan zat gizi dalam tubuh
Diet: rendah laktosa, rendah serat, rendah lemak, dan banyak mengonsumsi cairan seperti oralit

Sesak nafas

Gangguan Gizi : Asupan kalori kurang, pasien lemah
Anjuran: makanan tinggi lemak dan rendah karbohidrat. Makanan diberikan dalam posisi setengah tidur

Malabsorbsi lemak

Gangguan gizi : gangguan penyerapan lemak
Anjuran: sumber lemak nabati, MCT, tambahkan vitamin larut lemak

Demam

Gangguan gizi : Peningkatan pemakaian kalori dan kehilangan cairan
Anjuran: minum lebih dari 2 liter/hari, makanan lunak

Penurunan berat badan

Gangguan makan secara oral
Anjuran :Tinggi kalori protein, padat kalori, rendah serat.

Muntah

Anjuran : Porsi kecil tapi sering, menghindari aroma makanan yang merangsang. 

Diet HIV/AIDS




Zat gizi diperoleh dari makanan yang didapatkan dalam bentuk sari makanan dari hasil pemecahan pada sistem pencernaan. Ada 2 macam zat gizi yaitu zat gizi organik dan zat gizi anorganik. Zat gizi organik contohnya adalah lemak, vitamin, karbohidrat, dan protein. Sedangkan zat gizi anorganik terdiri dari air dan mineral. Selain itu, zat gizi dapat dikelompokkan berdasarkan:

1. Sumber

a. Nabati: sumber zat gizi yang dari tumbuh-tumbuhan
b. Hewani: sumber zat gizi yang dari hewan

2. Jumlah

  • Zat Gizi Makro (makronutrien): zat gizi atau nutrisi yang diperlukan tubuh dalam jumlah yang besar dengan satuan gram. Kelompok zat gizi makro atau makronutrisi adalah protein, karbohidrat, dan lemak
  • Zat Gizi Mikro (mikronutrien): zat gizi atau nutrisi yang diperlukan tubuh dalam jumlah yang sedikit atau kecil. kelompok zat gizi mikro adalah air, vitamin dan mineral

3. Fungsi

  1. Sumber Energi Bagi Tubuh: terdapat pada jenis gizi seperti lemak, protein dan karbohidrat
  2. Pembangun dan Penjaga Tubuh: terdapat pada jenis gizi seperti mineral, protein, vitamin dan lemak
  3. Pengatur Kerja dalam Tubuh: muntuk mengatur proses metabolisme yang ada dalam tubuh yang digolongkan pada jenis gizi seperti air, lemak, protein dan mineral
Untuk mengatasi masalah gizi pada ODHA, maka diberikan makanan tinggi kalori-protein, kaya vitamin dan mineral serta cukup air. Tujuan diet penyakit HIV/AIDS secara umum adalah: 
  1. Memberikan intervensi gizi secara cepat dengan pertimbangan seluruh aspek dukungan gizi pada semua tahap dini penyakit infeksi HIV. 
  2. Mencapai dan mempertahankan berat badan serta komposisi tubuh yang diharapkan, terutama jaringan otot (Lean Body Mass). 
  3. Memenuhi kebutuhan energi dan semua zat gizi.
  4. Mendorong perilaku sehat dalam menerapkan diet, olahraga, dan relaksasi.

Syarat-syarat diet penyakit HIV/AIDS adalah: 
  1. Makanan yang diberikan harus mengandung tinggi kalori. Pada perhitungan kebutuhan energi, diperhatikan faktor stress, aktifitas fisik, dan kenaikan suhu tubuh. Tambahkan energi sebanyak 13% untuk setiap kenaikan 1Ù¥ C. 
  2. Tinggi Protein yaitu sebesar 1,1-1,5 g/Kg BB untuk memelihara dan mengganti jaringan sel yang rusak. Pemberian protein disesuaikan bila ada kelainan ginjal dan hati.
  3. Makanan yang  harus mengandung lemak cukup yaitu 10-25% dari kebutuhan energi total dan jenis lemak disesuaikan dengan toleransi pasien.
  4. Makanan mengandung vitamin dan mineral tinggi yaitu 1½ kali (150%) Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan (AKG) terutama vitamin A, B12, C, E, folat, kalsium, magnesium, seng, dan selenium. Bila perlu, dapat ditambahkan vitamin berupa suplemen, tapi hindari megadosiskarena dapat menekan kekebalan tubuh.
  5. Makanan harus cukup serat untuk mencegah komplikasi. 
  6. Cairan harus cukup, khususnya dengan gangguan fungsi menelan, pemberian cairan harus hati-hati dan diberikan secara bertahap dengan konsistensi yang sesuai. 
  7. Elektrolit harus diganti (natrium, kalium dan klorida) jika terjadi muntah dan diare. 
  8. Bentuk makanan harus disesuaikan dengan keadaan penyakit.
  9. Makanan diberikan dalam porsi kecil dan sering. 
  10. Hindari makanan yang merangsang pencernaan baik secara mekanik, termik, maupun kimia

Bahan Makanan Yang Dianjurkan Dan Tidak Dianjurkan Dalam Diet HIV/AIDS

Bahan Makanan

Dianjurkan

Tidak Dianjurkan

Sumber Karbohidrat

Semua     bahan     makanan kecuali yang menimbulkan gas.

Bahan makanan yang menimbulkan    gas seperti ubi jalar.

Sumber Protein Hewani

Susu,    telur,    daging,   dan ayam tidak berlemak, ikan


Daging  dan berlemak, kulit ayam

ayam

Sumber Protein nabati

Tempe, tahu, dan  kacang hijau


Kacang merah

Sumber lemak

Minyak, margarine, santan, dan kelapa dalam jumlah terbatas

Semua      makanan      yang mengandung lemak tinggi (digoreng, bersantan kental)


Sayuran

Sayuran yang tidak menimbulkan    gas    seperti labu kuning, wortel, bayam

Sayuran yang menimbulkan gas seperti kol, sawi, dan ketimun

 

kangkung, buncis, kacang panjang, dan tomat.


 

Buah-buahan

Papaya, pisang, jeruk, apel, dan sebagainya


Buah-buahan yang     mengandung    gas,    seperti nangka dan durian


Bumbu

Bumbu yang tidak merangsang,              seperti bawang merah, bawang putih, daun salam, ketumbar, laos, kecap


Bumbu yang merangsang seperti cabe, lada, asam, cuka, dan jahe

Minuman

Sirup, teh, dan kopi 

Minuman bersoda dan mengandung alcohol



Post a Comment

0 Comments