ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR

Angka kematian bayi (AKB) di Indonesia, berdasarkan SDKI (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia) adalah 32 per 1000 kelahiran hidup (SDKI 2012). Penurunan stagnasi, masih ditambah beberapa masalah dan tantangan di antaranyya masih tingginya disparitas ekonomi sosial, golongan kaya dan miskin, antar kawasan desa perkotaan dan disparitas gizi. Menurut WHO setiap tahunnya sekitar 3 % (3,6 juta) dari 120 juta bayi baru lahir mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini mengalami meninggal dunia. Kematian BBL di Indonesia terutama dsebabkan prematuritas (32%), asfiksia (30%), infeksi (22%), kelainan konginetal (7%) dan lain-lain (90%). Sementara itu target SDGs tahun 2019 menjadi 24/1000 kelahiran hidup. Bayi asfiksia yang mampu bertahan hidup namun mengalami kerusakan otak, jumlahnya cukup banyak.

PENGERTIAN ASFIKSIA BAYI BARU LAHIR 

Asfiksia merupakan suatu keadaan bayi tidak bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Asfiksia berarti hipoksia yang progresif karena gangguan pertukaran gas serta transport O2.

FAKTOR PREDISPOSISI 

Asfiksia pada BBL dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu ibu, plasenta dan bayi. 

Faktor Ibu 

Merupakan suatu kondisi atau keadaan ibu yang dapat mengakibatkan aliran darah dari ibu melalui plasenta berkurang, sehingga aliran oksigen ke janin menjadi berkurang, mengakibatkan suatu kondisi gawat janin dan akan berlanjut sebagai asfiksia pada BBL: 
  • Pre eklampsi dan eklampsia. 
  • Perdarahan ante partum abnormal (placenta previa dan solutio placenta). 
  • Partus lama atau partus macet. 
  • Demam sebelum dan selama persalinan. 
  • Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV). 
  • Kehamilan post matur (≥ 42 minggu). 

Faktor Placenta dan Tali Pusat 

Merupakan keadaan placenta dan tali pusat yang dapat mengakibatkan penurunan aliran darah dan oksigen ke janin melalui sehingga dapat mengakibatkan asfiksia pada BBL. 
  • Lilitan tali pusat. 
  • Tali pusat pendek.
  • Simpul tali pusat. 
  • Prolaps tali pusat. 
  • Hematoma tali pusat. 
  • Infark placenta. 

Faktor Bayi 

Merupakan keadaan bayi yang dapat mengakibatkan terjadi asfiksia pada BBL walaupun kadang-kadang tanpa didahului adanya gawat janin. 
  • Bayi premature (< 37 minggu usia kehamilan).
  • Persalinan sulit (sungsang, kembar, distocia bahu, vacum exstraksi, forcep). 
  • Kelainan konginetal yang memberi dampak pada pernafasan bayi seperti hidrocepal, anechepal. 
  • Air Ketuban bercampur mekonium

DETEKSI BBL DENGAN ASFIKSIA 

1. Penilaian 

a. Sebelum bayi lahir 

1) Apakah kehamilan cukup bulan? 
2) Apakah air ketuban jernih, bercampur mekonium (berwarna hijau)? 

b. Segera setelah lahir (Jika bayi cukup bulan) 

1) Menilai apakah bayi menangis atau bernafas/tidak, megap-megap? 
2) Menilai apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif? 

2. Keputusan 

Memutuskan bayi perlu resusitasi, jika: 
  • Bayi tidak cukup bulan atau 
  • Air ketuban bercampur mekonium dan atau 
  • Bayi megap-megap/tidak bernafas dan atau 
  • Tonus otot bayi tidak baik atau bayi lemas 

3. Tindakan 

Lakukan tindakan sesuai dengan prosedur yang ada dalam praktikum.


Sambil memotong tali pusat, beritahu ibu dan keluarga bahwa bayi mengalami masalah sehingga perlu dilakukan tindakan resusitasi, minta ibu dan keluarga memahami upaya ini dan minta mereka ikut membantu mengawasi ibu. 

Langkah kegiatan yang perlu dilakukan adalah :
  • Menggunakan celemek, masker, penutup kepala dan sepatu boot (jika perlu)
  • Melepaskan semua perhiasan yang dipakai, cuci kedua tangan hingga siku dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan keringkan tangan dengan handuk satu kali pakai.
  • Menggunakan sarung tangan

 

Lakukan resusitasi jika pada penilaian terdapat keadaan sebagai berikut :

  • Jika bayi tidak cukup bulan dan atau bayi megap-megap tak bernapas dan atau tonus otot bayi tidak baik. bayi lemas-potong tali pusat, kemudian lakukan langkah awal resusitasi (HAIKAP)
  • Jika air ketuban bercampur mekonium:
    • Sebelum melakukan langkah awal resusitasi, lakukan penilaian, apakah bayi menangis atau bernapas/tidak megap-megap.
    • Jika menangis atau bernapas/tidak megap-megap, klem dan potong tali pusat dengan cepat, tidak diikat dan tidak dibubuhi apapun, kemudian lakukan langkah awal resusitasi.
    • Jika megap-megap atau tidak bernapas, lakukan pengisapan terlebih dahulu dengan membuka lebar, usap mulut dan isap lendir di mulut, klem dan potong tali pusat dengan cepat, tidak diikat dan tidak dibubuhi apapun, kemudian dilakukan langkah awal resusitasi.


 


Post a Comment

0 Comments