STRATEGI PENDIDIKAN KESEHATAN

Jenis-jenis Strstegi Pendidikan Kesehatan 

Pendekatan pendidikan dan latihan perlu dipahami oleh setiap penyelanggara pendidikan karena kesalahan dalam menentukan pendekatan akan mengakibatkan kesalahan yang fatal. Pendekatan, tersebut terdiri dari pendekatan berorientasi kepada pendidikan atau lembaga pendidikan (Tradisional teacher/institution centred approach) dan pendekatan yang berorientasi kepada kebutuhan dan karakteristik peserta didik secara individual (student centred approach) (Zaidin Ali, 2010) 

Pendekatan yang berorientasi kepada pendidikan/lembaga pendidikan. Pendekatan ini adalah sistem pendidikan yang konvensional. 

Ciri-ciri dari sistem ini: 

Hampir seluruh kegiatan belajar/menagajr dikendalikan penuh oleh pendidik dan staf lembaga pendidik. Pendidik mengkomunikasikan pengetahuan kepada peserta didik dalam bentuk pokok bahasan dalam silabus. Umumnya waktu pendidikan tepat waktu sesuai dengan rencana/ketentuan karena sudah ditentukan dalam silabus. Metode mengajar umumnya ceramah/tatp muka (Face to face), metode mengajar tidak menyesuaikan dengan tingkat kesulitan peserta didik. Dan peserta didik tidak terlibat dalam pengambilan keputusan. 

Keuntungan 

Keuntungan dari metode pendidikan kesehatan melalui pendekatan yang berorientasi kepada pendidikan/lembaga pendidikan adalah sebagai berikut: Pendidik menggunakan metode pendekatan secara tradisional yang diterapkan kepada siwanya. Sistem administrasi relatif lebih mudah ditinjau dari sudut edukatif dimana lebih terarah, terencana, tepat waktu, dll. Tenaga pendidik umumnya banyak yang memiliki 4 kemampuan bidang ini. Efisiensi dalam hal akomodasi, peralatan, penjadwalan (waktu), dll. Pendidik dapat menyiapkan materi pelajaran lebih matang sesuai dengan silabus pokok bahasan. Pendidik dapat merencanakan metode mengajar dan perbaikan-perbaikannya (remedial). Serta sistem ini baik bagi peserta pendidik yang belum berpengalaman. 

Kelemahan 

Beberapa kelemahan yang muncul saat pendekatan dengan strategi pendidikan kesehatan yang berpusat pada pendidikan/lembaga pendidikan antara lain: 

  1. Kurang demokratis, karena peserta didik kurang mendapat peluang maka ia menggali ide-idenya terutama pada pendidikan tinggi, latihan industri dan komersial. 
  2. Keberhasilan proses belajar mengajar sangat tergantung kepada kemampuan pendidik, bila pendidiknya tidak mampu (umpamanya dalam interpretasi silabus, menyusun isi pelajaran, metode mengajar, tugas-tugas, dll), maka peserta didik akan gagal. 
  3. Tingkat kemampuan penyusun silabus banyak mempengaruhi proses belajar-mengajar tersebut. Orang yang menyusun silabus tersebut harus paham betul tentang teori dan praktek. 
  4. Kelas yang besar tidak menguntungkan bagi pendidik dan peserta didik. 
  5. Tidak memacu proses belajar bagi yang punya kemampuan lebih tinggi atau sebaliknya sangat sulit bagi peserta didik yang tingkat kemampuannya sangat kurang. Akibatnya bisa menimbulkan kebinasaan atau drop out. 
  6. Bagi pendidik yang banyak membutuhkan keterampilan metode ini perlu hati-hati/perlu suplemen tertentu untuk yang kurang mampu. 

Metode Mengajar 

Metode yang digunakan dalam strategi pendidikan kesehatan dengan pendekatan yang berorientasi kepada pendidikan atau lembaga pendidikan meliputi 2 cara antara lain menggunakan metode pada tingkat rendah atau pemula dan pendekatan pada tingkat yang lebih tinggi atau berpengalaman. Pada tingkat rendah atau pemula metode yang banyak digunakan adalah metode-metode Ekspositori (ceramah, penjelasan dari pendidik) yang dikombinasikan dengan metode latihan, diskusi kelompok praktek dan belajar individu sebagai pendukungnya. 

Sedangkan pada tingkat yang lebih tinggi/berpengalaman metode yang banyak digunakan adalah kuliah, film, siaran-siaran radio, yang dikombinasikan dengan penugasan-penugasan individu/kelompok, tutorial/belajar mandiri, seminar dan praktek. 

Pendekatan yang berorientasi pada peserta didik. 

Pendekatan-pendekatan yang berorientasi pada peserta didik adalah pendekatan dalam belajar yang ditekankan pada ciri-ciri dan kebutuhan peserta didik secara individual, sedangkan lembaga pendidikan dan para pendidik berfungsi dan berperan sebagai penunjang saja, fasilitator, motivasi. Sistem ini disebut juga sistem belajar terbuka (open learning sistem) dimana setiap peserta didik dapat berkembang dengan kemampuannya (Zaidin Ali, 2010). 

Lembaga pendidikan pada sistem ini didasari tiga dasar sistem yakni: 
  1. Sistem yang berinduk pada lembaga pendidikan (institusi based sistem), disini adalah lembaga pendidik yang telah dilengkapi dengan fasilitas belajar dan tutorial dan peserta didik mengunjungi lembaga tersebut. Contoh tipe ini: keeler plan. 
  2. Sistem lokal (local sistems), Disini ada lembaga pendidikan tetapi berbentuk luwes (Flexi study) dimana peserta didik tidak terikat dengan jadwal yang 6 kaku. Tetapi bisa kelembagaan pendidikan dan dapat pula ditempat lain. Sasaran utama adalah peserta didik yang tidak bisa mengikuti pendidikan formal. Contoh: Pendidikan tinggi di Indonesia. 
  3. Sistem belajar jarak jauh (Distance Learning Sistem), Disini peserta didik belajar mandiri dengan dibekali modul atau bahan-bahan belajar bimbingan belajar melalui tutor. Contoh: Universitas Terbuka di Inggris. 
Keuntungan yang terdapat pada strategi pendidikan kesehatan dengan pendekatan yang berorientasi pada siswa antara lain: 
  1. Kecepatan belajar ditentukan peserta didik (individual), Flexsibel, konsentrasi penuh. 
  2. Peserta didik bebas memilih unit belajar mana yang perlu/mampu dipelajari lebih dulu. 
  3. Bimbingan belajar, tutorial lebih tepat sesuai dengan kebutuhan individual. 
  4. Motivasi yang tinggi bagi pendidik dan peserta didik. 
  5. Baik bagi peserta didik yang sudah bekerja karena ia dapat mengatur waktu/jadwal sendiri dengan tutornya. (Belajar sambil bekerja). 
Meskipun banyak kelebihan yang muncul dalam pendekatan yang berorientasi pada peserta didik ini, ternyata juga memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan pada strategi ini antara lain: 

Kurang baik bagi anak didik pemula/tidak berpengalaman karena motivasi mereka umumnya masih kurang, yang mengakibatkan mereka pasif (tidak aktif), padahl sistem ini menuntut peserta didik aktif belajar. Para pembuat bahan balajar harus betul-betul mampu dan berpengalaman bila tidak maka bahan pelajaran tidak memotivasi peserta didik. 

Para pendidik harus betul-betul menguasai metode pendidikan sistem ini, kalau tidak akan kembali ke sistem konvensional (orientasi pendidik). Selain itu juga pendidik yang memerlukan banyak keterampilan pribadi agak susah mencari laboratorium yang cukup. Pada sistem ini harus didukung oleh sistem administrasi yang bagus, misalnya kebutuhan sarana, dan kesertariatan, seperti korespondensi, telepon, komputer, perpustakaan, laboratorium serta sistem ujian yang cocok. Sistem ini lebih susah/sukar dari sistem konvensional. Metode yang dapat diterapkan dalam stategi pendekatan pendidikan kesehatan yang berorientasi pada peserta didik adalah metode yang bersifat interaktif dan metode The Keller Plan Approach (Columbia University USA). Pada metode The Keller Plan Approach materi pelajaran dibagi menjadi beberapa unit, tiap unit memiliki tuuan belajar yang spesifik. Selain itu peserta didik juga menerima pedoman belaja yang nantinya akan digunaka untuk belajar sendiri. Alat bantu belajar yang digunakan seperti film gelang (Loop film), slide, model dan materi yang bersangkutan yang disebut strategi mengajar oleh teman (Peer Teaching). 

Bila peserta didik (The Keller Plan Approach) telah menguasai unit yang dipelajari sesuai dengan petunjuk instruksional ia dapat mengajukan uian (lisan ataupun tulisan) dan bila yang bersangkutan lulus baru bisa meneruska ke unit selanjutnya. Umunya tingkat penguasaan materi belajar sangat tinggi dan angka lulus ujian pada interval 80-90. Bisa ujian ualng beberapa kali sesuai kebutuhan dan materi ujian itu didiskusikan dengan tutor bila ujian selesai. Variasi elemen pokok pada Keller Plan adalah belajar secara individual, belajar mandiri (Independent Study) dan belajar dengan kecepatan sendiri (Self Pacing) . 

Banyak srategi yang dapat dipilih pentuluh atau pendidik. Dalam melaksanakan proses pendidikan kesehatan. Oleh karena itu, berdasarkan bentuk dan pendekatannya, strategi pendidikan kesehatan diklasifikasikan menjadi: 

1. Expository 

Makna ekspository berarti memberikan informasi yang berupa teori, hukum atau dalil yang disertai bukti-bukti yang mendukung. Pada konteks ini klien hanya menerima saha informasi yang diberikan pleh pendidik. Bahan pendidikan kesehatan telah diolah sedemikian rupa sehingga siap untuk disampaikan kepada klien. 

Contoh metode ekspository adalah ceramah. Pendidik hanya akan menyampaikan pesan berturut-turut sampai pada pemecahan masalah. Metode ini merupakan metode klasiik yang sebaiknya mulai ditinggalkan. Apabila pendidik ingin banyak melibatkan klien secara aktif, maka harus menjadi pendidik yang kreatif, sehingga walaupun yang dipilih metode ekspository, pelaksanaan pendidikan kesehatan tetap optimal dan menyenangkan bagi klien. 

2. Discovery 

Discovery (penemuan) sering pada saat penggunaannya tertukar dengan inquiry (penyelidikan). Penemuan adalah proses mental dimana klien mengasimilasikan suatu konsep atau suatu prinsip. Proses mental misalnya: mengamati, menganalisa, memvalidasi data, mengelompokkan data, menetapkan diagnose dan sebagainya. Misalnya tentang konsep sehat. Setiap masyarakat diharapkan memaknai konsep sehat dan berdaya dalam memenuhi hak akan kesehatannya. Melalui pengamatan diharapkan klien mengidentifikasi konsep sehat dan menerapkannya didalam kehidupan sehari-hari. 

3. Inquiry 

Inquiry memiliki makna yang lebih luas dari discovery. Artinya, penyelidikan mengandung proses mental yang lebih tinggi tingkatannya. Pada saat seorang penyuluh akan melaksanakan pendidikan kesehatan, sebaiknya tujuan pendidikan kesehatan sudah dirumuskan seara jelas. Sehingga klien dapat melaksanakan pendidikan kesehatan secara optimal. Setelah itu baru menentukan strategi manakah yang paling efektif dan efisien untuk membantu setiap klien dalam pencapaian tujuan yang telah dirumuskan. 

Strategi pendidikan kesehatan yang dipilih sebaiknya sesuai dengan kondisi semua klien karena setiap klien memiliki kemampuan yang berbeda. Sementara pendidikan kesehatan bertujuan untuk membantu klien mencapai tujuan secara efektif dan produktif. 

Beberapa kriteria yang dapat menjadi pedoman dalam memilih strategi pendidikan kesehatan yaitu efektif, efisien dan dapat meningkatkan ketertiban klien. Seorang penyuluh biasanya tidak murni menggunakan strategi ekspository, inquiry, maupun discovery, tetapi dapat menggabungkan antara ketiganya. Penyuluh yang kreatif dapat melihat tujuan yang akan dicapai dan mengkaji kemampuan yang dimiliki klien. Kemudian baru memilih strategi yang efektif dan efisien untuk mencapainya. 
Pendidikan kesehatan sebagai suatu proses merupaka suatu sistem yang tiak terlepas dari komponen-komponen lain yang saling berinteraksi didalamnya. Salah satu komponen dalam proses tersebut adalah sumber belajar. Sumber belajar itu tidak lain adalah daya yang bisa dimanfaatkan guna kepentingan pendidikan kesehatan, baik secara langsung maupun tidak langsung baik itu sebagian atau seluruhnya. 


Faktor yang mempengaruhi pendekatan pendidikan kesehatan 

Faktor yang mempengaruhi perilaku menurut Lawrence Green 1980 sebagai berikut (Zaidin Ali,2010): 
  1. Faktor predisposisi (Predispocing Factor), yakni pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai-nilai (norma, tradisi, adat istiadat dll). 
  2. Faktor pendukung (Enabling Factors), yakni sarana, prasarana, dan pemahaman konsep. 
  3. Faktor yang memperkuat/mendorong (Reinforcing Factors) yakni keluarga masyarakat, pipinan, tokoh masyarakat, tenaga kesehatan dll. 
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan agar pendidikan kesehatan dapat mencapai sasaran (Saragih, 2010) yaitu : 
  1. Tingkat Pendidikan, pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap informasi baru yang diterimanya. Maka dapat dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikannya, semakin mudah seseorang menerima informasi yang didapatnya. 
  2. Tingkat Sosial Ekonomi, semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang, semakin mudah pula dalam menerima informasi baru. 
  3. Adat Istiadat, masyarakat kita masih sangat menghargai dan menganggap adat istiadat sebagai sesuatu yang tidak boleh diabaikan. 
  4. Kepercayaan Masyarakat, masyarakat lebih memperhatikan informasi yang disampaikan oleh orang-orang yang sudah mereka kenal, karena sudah ada kepercayaan masyarakat dengan penyampai informasi. 

DAFTAR PUSTAKA 
Ali, Zaidin. 2010. Dasar-Dasar Pendidikan Kesehatan dan Promosi Kesehatan. 
Jakarta : Trans Info Media 
http://digilib.unila.ac.id/2443/10/BAB%20II.pdf 
http://ririnwarista-pendidikan-kesehatan.blogspot.co.id/ 

Post a Comment

0 Comments