KESEHATAN IBU DAN BAYI BARU LAHIR

BESARAN MASALAH DAN SITUASI KESEHATAN IBU DAN ANAK

Kesehatan ibu adalah persoalan utama pembangunan di Indonesia. Namun faktanya, diantara banyak target pencapaian Millenium Development Goals di Indonesia, target kesehatan ibu masih jauh tertinggal terti nggal dan perlu perhati an khusus. Meskipun Angka Kematian Ibu di Indonesia telah mengalami penurunan secara bertahap dari 390 kematian per 100.000 kelahiran hidup tahun 1991 menjadi 228 tahun 2007, tapi angka tersebut masih tergolong tinggi. Angka Kematian Ibu di Indonesia masih dianggap sebagai salah satu yang tertinggi di kawasan Asia Tenggara. Menurut UNESCAP, angka kematian ibu di Indonesia adalah angka kematian tertinggi keempat (220/100.000 kelahiran hidup) diantara beberapa negara di Asia Timur Selatan menyusul Kamboja, Timor-Leste dan Laos. Angka tersebut lebih tinggi dari rata-rata Angka Kematian Ibu di ASEAN dan Asia Tenggara.

Selain itu, jumlah kemati an ibu di Indonesia adalah yang tertinggi diantara negara-negara Asia Timur dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Upaya pemerintah pusat untuk mengurangi angka kematian ibu secara perlahan, yang ditandai dengan pernyataan ekplisit kepada komunitas global, harus dihargai dan didukung. Namun demikian, target penurunan Angka Kemati an Ibu menjadi 102 kematian per 100.000 kelahiran hidup tahun 2015 tampaknya terlalu ambisius. Dengan menggunakan data terakhir Angka Kemati an Ibu, dan kemudian diproyeksikan untuk tahun 2015, kemungkinan terendah angka kematian ibu adalah hanya 153. Bahkan target Angka Kematian Ibu nasional sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Tingkat Nasional tahun 2010-2014, yang lebih realistis, seperti nya masih diluar jangkauan.



Penyebab Utama Kematian Ibu di Indonesia

Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga Indonesia (2001), pendarahan setelah melahirkan (postpartum hemorrhage), eklamsia, infeksi pasca melahirkan adalah salah satu penyebab utama kematian ibu di Indonesia. Penyebab utama tersebut bisa diminimalisir dengan menjamin setiap kelahiran dibantu oleh tenaga medis yang terlatih, semua perempuan hamil menerima perawatan tepat dan berkualitas sebelum melahirkan, dan perempuan yang melahirkan memiliki akses ke sarana perawatan kebidanan darurat secara tepat waktu (UNICEF, 2004). Pelayanan pra-persalinan diharapkan bisa mengobati anemia selama kehamilan, sedangkan tenaga persalinan terlatih bisa mencegah atau mengobati pendarahan dengan perawatan yang benar. Oleh karena itu, intervensi terhadap hal tersebut sangatlah penti ng untuk mencapai target penurunan Angka Kematian Ibu.


Cakupan Pelayanan Persalinan Dibantu oleh Tenaga Kesehatan Terlatih

Kemajuan dalam cakupan persalinan yang dibantu oleh petugas kesehatan terlatih cukup menggembirakan, dengan kecenderungan peningkatan cakupan di angka nasional. Saat ini, 77,34% persalinan ditolong oleh tenaga medis terlati h (SUSENAS 2009). Angka ini terus meningkat, dari 66,7% pada tahun 2002, dan mencapai 82,3% pada tahun 2010 (data sementara dari RISKESDAS 2010).

Namun, pencapaian cakupan 100% dari seluruh persalinan yang dibantu oleh tenaga medis terlati h seperti nya masih menjadi tantangan besar. Salah satu masalah utama yang menghambat pencapaian target ini adalah kesenjangan antar wilayah di seluruh daerah di Indonesia. Bagan 4 menunjukkan variasi wilayah cakupan persentase persalinan yang dibantu oleh tenaga medis terlatih. Tiga cakupan pada masing-masing grafi k batang mewakili yang terti nggi, rata-rata keseluruhan, dan persentase cakupan terendah suatu wilayah6. Persentase terti nggi diambil dari cakupan provinsi yang memiliki persentase terti nggi diantara provinsi-provinsi di wilayah tersebut. Keseluruhan rata-rata dihitung dengan mengambil rata-rata semua persentase cakupan provinsi diwilayah tersebut. Persentase cakupan terendah diambil dari cakupan provinsi yang memiliki persentase terendah diantara provinsi-provinsi di wilayah tersebut. Angka persalinan terti nggi yang dibantu tenaga medis terlati h mencakup wilayah Sumatera dan Jawa, sedangkan persentase terendah ditemukan di wilayah Maluku (42,5%-47%) dan wilayah Papua (49,1%-60%). Peningkatan cakupan persalinan kelahiran yang dibantu tenaga medis terlati h menjadi suatu tantangan besar karena keterbatasan tenaga medis terlati h yang ada, keterbatasan akses sarana kesehatan akibat jalan dan prasarana transportasi yang kurang memadai.

Jangkauan dan Kualitas Pelayanan Perawatan Pra Persalinan 


Cakupan dan kualitas pelayanan pra persalinan juga menentukan penurunan resiko selama proses persalinan. Menurut RISKESDAS 2010, meskipun cakupan pelayanan pra persalinan telah menunjukkan adanya peningkatan, hanya ada 72,3% ibu hamil yang memeriksakan kehamilan mereka selama ti ga bulan pertama masa kehamilan, dan hanya ada sekitar 61,4% perempuan hamil yang menjalani perawatan pra persalinan lengkap sebagaimana direkomendasikan pemerintah.

Peneliti an oleh Titaley et al. (2010) menunjukkan bahwa wilayah dan ti pe penduduk, kondisi sosial ekonomi dan pendidikan ibu merupakan faktor yang berkaitan erat dengan kurangnya pemanfaatan pelayanan pra-persalinan di Indonesia. Wanita hamil di luar wilayah Jawa - Bali, khususnya dari daerah pedesaan cenderung kurang memanfaatkan pelayanan pra-persalinan. Hal ini mungkin disebabkan kurangnya pelayanan kesehatan dan keterbatasan akses di pulau-pulau di luar Jawa - Bali. Kondisi jalan yang buruk, jarak ke lokasi sarana kesehatan yang jauh, dan kurangnya sarana transportasi menghambat keinginan wanita hamil untuk memperoleh pelayanan pra-persalinan. Peneliti an juga menunjukkan bahwa pelayanan pra-persalinan yang belum dimanfaatkan berkaitan juga dengan status sosial ekonomi ibu hamil. Ibu hamil yang berasal dari keluarga miskin seringkali mengalami masalah keuangan yang pada akhirnya masalah tersebut menghalangi mereka untuk mengakses pelayanan pra-persalinan. Mereka nampaknya kurang pengetahuan, terutama yang berkaitan dengan kesehatan ibu, disebabkan oleh rendahnya ti ngkat pendidikan mereka. Peneliti an oleh Agus dan Huriuchi (2012) juga menegaskan bahwa ti ngkat pendidikan dan pengetahuan perempuan hamil tentang kehamilan adalah salah satu faktor yang menyebabkan pelayanan prapersalinan, di daerah pedesaan, kurang dimanfaatkan. 

Tingginya cakupan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan pra-persalinan lengkap dan ti ngginya cakupan persalinan kelahiran yang dibantu oleh tenaga medis terlati h masih belum menjadi jaminan dalam penurunan angka kemati an ibu. Ibu yang mengalami komplikasi selama proses persalinan memerlukan pelayanan kebidanan darurat yang tepat. Oleh karena itu, ketersediaan dan akses pelayanan kebidanan darurat juga penti ng untuk menjamin kesehatan ibu yang menurun. Di Indonesia, pemerintah menyadari penti ngnya unit gawat-darurat kebidanan untuk mengurangi angka kemati an ibu dengan membangun lebih banyak sarana kesehatan lengkap dengan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) dan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK).

Upaya Meningkatkan Kelangsungan dan Kualitas Hidup Ibu dan Anak

Upaya meningkatkan kelangsungan dan kualitas ibu dan anak dilakukan dengan pendekatan continuum of care the life cycle dan continuum of care of pathway, yang menekankan bahwa upaya promotif dan preventif sama pentingnya dengan upaya kuratif dan rehabilitatif pada tiap siklus kehidupan dan pada tiap level pelayanan. Kualitas pelayanan ini didukung oleh SDM kesehatan yang kompeten dan patuh terhadap standar, kesiapan fasilitas pendukung pelayanan lainnya di samping biaya operasional dan supervisi fasilitatif yang terus menerus. 

Continuum of care-the life cycle artinya pelayanan yang diberikan pada siklus kehidupan yang dimulai dari prakonsepsi, kehamilan, persalinan, nifas, bayi, balita, anak prasekolah, anak sekolah, remaja, dewasa hingga lansia. 

Continuum of care of pathway artinya penatalaksanaan yang meliputi tempat pelayanan dan level pencegahan, integrasi program, pembiayaan dan stakeholder terkait serta peran dari profesi dan perguruan tinggi. Perlu dipahami pemenuhan perawatan dan pelayanan setiap tahapan kehidupan dan di mana pelayanan tersebut diberikan. 

Jika pendekatan intervensi Continuum of Care ini dilaksanakan maka akan memberi dampak yang signifikan terhadap kelangsungan dan kualitas hidup ibu dan anak. 

Kematian ibu disebabkan oleh penyebab langsung obstetri yaitu kematian ibu yang berhubungan dengan komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas (hipertensi pada kehamilan 32%, komplikasi puerpurium 31%, perdarahan post partum 20%, lain-lain 7%, abortus 4%, perdarahan antepartum 3%, kelainan amnion 2% dan partus lama 1%). 

Penyebab tidak langsung yaitu kematian ibu yang disebabkan oleh penyakit dan bukan karena kehamilan dan persalinannya. Penyakit tuberkulosis, anemia, malaria, sifilis, HIV, AIDS dan lain-lain yang dapat memperberat kehamilan dan meningkatkan risiko terjadinya kesakitan dan kematian. Salah satu kontribusi kematian ibu juga disebabkan oleh 4 Terlalu (terlalu muda, terlalu sering, terlalu pendek jarak kehamilan, terlalu tua) dan 3 Terlambat (terlambat deteksi dini tanda bahaya, terlambat mencapai fasilitas dan terlambat mendapatkan pertolongan yang adekuat). 

Sedangkan penyebab utama kematian neonatal adalah asfiksia, BBLR dan infeksi. Penyebab kematian Ibu dan Neonatal tersebut sebenarmya dapat dicegah jika setiap wanita hamil melakukan pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali ke petugas kesehatan.

Meningkatkan Kelangsungan dan Kualitas Hidup Ibu dan Anak

Persiapan kesehatan ibu harus dimulai pada saat seorang wanita merencanakan kehamilan, selama masa hamil, melahirkan, masa nifas dan menyusui, masa menggunakan kontrasepsi keluarga berencana sampai usia lanjut. Sedangkan kesehatan bayi harus diperhatikan sejak janin berada dalam kandungan, selama proses kelahiran, saat baru lahir, bayi, balita, anak pra sekolah, masa sekolah hingga remaja. 

Berikut ini akan diuraikan tentang fokus pelayanan yang diberikan terkait kesehatan ibu dan anak sesuai dengan siklus kehidupannya: 
  1. Masalah kesehatan yang perlu diperhatikan pada wanita sebelum hamil terkait dengan keadaan sistem reproduksi, status penyakit menular seksual, keadaan status gizi, masalah penyakit fisik dan psikologis. Kondisi tersebut harus ditindaklanjuti dengan pelayanan yang diberikan di fasilitas kesehatan untuk memastikan status kesehatan wanita sebelum hamil dalam keadaan baik, karena akan berpengaruh terhadap 1000 hari pertama kehidupan bagi anak yang dimulai sejak masa konsepsi sampai anak balita. 
  2. petugas kesehatan sangatlah penting untuk memperhatikan kesehatan anak dengan memberikan pelayanan kesehatan yang baik sejak dalam kandungan sampai masa neonatal melalui pemeriksaan kehamilan yang teratur, pemenuhan kebutuhan gizi ibu hamil termasuk pemberian tablet Fe dan Asam Folat. Pemberian imunisasi TT diberikan jika ibu hamil belum memiliki status T 5 dan upaya deteksi dini komplikasi kehamilan dan persalinan melalui penggunaan buku kesehatan ibu dan anak serta penanganan kedaruratan yang terjadi selama masa kehamilan dan persalinan. 
  3. Pelayanan selama masa nifas dan neonatus berfokus pada upaya inisiasi menyusu dini dan pemberian vitamin K neo. Inisiasi menyusu dini dilakukan sebagai langkah awal pemberian ASI eksklusif dan penggunaan kontrasepsi. Adapun pelayanan neonatus dilakukan melalui pemberian injeksi vitamin K neo pada saat 1 jam pertama kelahiran yang ditujukan untuk antisipasi kejadian perdarahan terutama perdarahan pada neonatus yang dapat dipicu akibat penyuntikan imunisasi Hepatitis B neo yang diberikan 2 jam setelah bayi lahir. 
  4. Pelayanan kesehatan bayi, balita dan anak prasekolah difokuskan pada pemberian ASI eksklusif, pemberian imunisasi dasar, pemberian makanan tambahan, pemberian vitamin A, pemantauan tumbuh kembang dan pemberian imunisasi booster, serta manajemen terpadu jika bayi dan balita mengalami sakit. 
  5. Pelayanan anak sekolah dan remaja diberikan dengan tujuan untuk melakukan upaya deteksi dini tumbuh kembang anak sekolah melalui skrining/penjaringan anak sekolah dan remaja, konseling gizi HIV/ AIDS NAPZA dan upaya kesehatan sekolah. Selain pelayanan tersebut, pada periode ini harus diberikan juga pelayanan kesehatan reproduksi untuk membekali para remaja supaya memiliki pengetahuan yang cukup tentang proses reproduksi yang menjadi tanggung jawabnya. 

Menindaklanjuti pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu dan anak sesuai tahapan siklus kehidupannya tersebut, dapat dijelaskan bahwa masalah kesehatan reproduksi yang terkait dengan kesehatan seorang ibu akan berpengaruh besar terhadap kualitas anak yang dikandung serta dilahirkannya. Demikian juga dengan kesehatan seorang anak yang dilahirkan dari rahim dan tubuh ibu yang sehat mempunyai kecenderungan pertumbuhan dan perkembangan yang sehat. Sebaliknya jika kesehatan ibu mengalami gangguan, akan memberikan pengaruh kurang baik bagi janin yang dikandungnya dan anak yang dilahirkannya akan mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan. 

Post a Comment

0 Comments