PERUBAHAN PSIKOLOGIS PASCA PERSALINAN

Secara psikologi, setelah melahirkan seorang ibu akan merasakan gejala-gejala psikiatrik. Demikian juga pada masa menyusui. Meskipun demikian, ada pula ibu yang tidak mengalami hal ini. Agar perubahan psikologi yang dialami tidak berlebihan, ibu perlu mengetahui tentang hal ini lebih lanjut.


Beberapa penulis berpendapat, dalam minggu pertama setelah melahirkan, banyak wanita menunjukkan gejala-gejala psikiatrik, terutama gejala depresi, dari ringan sampai berat serta gejala-gejala neurosis traumatik. Berikut beberapa faktor-faktor yang berperan :
  1. Ketakutan yang berlebihan dalam masa hamil.
  2. Struktur perorangan yang tidak normal sebelumnya.
  3. Riwayat perkawinan abnormal.
  4. Riwayat obstetrik (kandungan) abnormal.
  5. Riwayat kelahiran mati atau kelahiran cacat.
  6. Riwayat penyakit lainnya.

Biasanya, penderita dapat sembuh kembali tanpa atau dengan pengobatan. Meskipun demikian, kadang diperlukan terapi oleh ahli penyakit jiwa. Sering pula, kelainan-kelainan psikiatrik ini berulang setelah persalinan-persalinan berikutnya. Hal yang perlu diperhatikan, yaitu adaptasi psikososial pada masa pasca persalinan.




Bagi keluarga muda, masa pasca persalinan merupakan “awal keluarga baru” sehingga keluarga perlu beradaptasi dengan peran barunya. Tanggung jawab keluarga bertambah dengan hadirnya bayi yang baru lahir. Dorongan serta perhatian anggota keluarga lainnya merupakan dukungan positif untuk ibu. Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan melalui fase-fase sebagai berikut.

1. Fase taking in

Fase ini merupakan periode ketergantungan yang berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada masa itu, fokus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman selama proses persalinan sering berulang diceritakannya. Kelelahannya membuat ibu cukup istirahat untuk mencegah gejala kurang tidur, seperti mudah tersinggung. Hal ini membuat ibu cenderung menjadi pasif terhadap lingkungannya. Oleh karena itu, kondisi ini perlu dipahami dengan menjaga komunikasi yang baik. Pada fase ini, perlu diperhatikan pemberian ekstra makanan untuk proses pemulihannya. Disamping nafsu makan ibu memang sedang meningkat.


2. Fase taking hold

Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase taking hold, ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Selain itu, perasaannya sangat sensitif sehingga mudah tersinggung jika komunikasinya kurang hari-hati. Oleh karena itu, ibu memerlukan dukungan karena saat ini merupakan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga tumbuh rasa percaya diri.


3. Fase letting go

Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Keinginan untuk merawat diri dan bayinya meningkat pada fase ini.

Saran :

Walaupun perubahan terjadi sedemikian rupa, ibu harusnya tetap menjalani ikatan batin dengan bayinya sejak awal. Sejak dalam kandungan, bayi hanya mengenal ibu yang memberinya rasa aman dan nyaman sehingga stres yang dialaminya tidak bertambah berat.

Ada kalanya, ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan bayinya. Keadaan ini disebut baby blues yang disebabkan oleh perubahan perasaan yang dialami ibu saat hamil sehingga sulit menerima kehadiran bayinya. Perubahan perasaan ini merupakan respon alami terhadap rasa lelah yang dirasakan. Selain itu, juga karena semua perubahan fisik dan emosional selama beberapa bulan kehamilan. Disini, hormon memainkan peranan utama dalam hal bagaimana ibu bereaksi terhadap situasi yang berbeda. Setelah melahirkan dan lepasnya placenta dari dinding rahim. Tubuh ibu mengalami perubahan besar dalam jumlah hormon sehingga membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri. Disamping perubahan fisik hadirnya seorang bayi dapat membuat perubahan besar dalam kehidupan ibu dalam hubungannya dengan suami, orang tua, maupun anggota keluarga lain. Perubahan perasaan ini akan kembali secara perlahan setelah ibu dapat menyesuaikan diri dengan peranan barunya dan tubuh kembali pada keadaan normal.

Gejala-gejala baby blues, antara lain menangis, mengalami perubahan perasaan, cemas, kesepian, khawatir mengenai sang bayi, menjadi seorang ibu. Jika hal ini terjadi, ibu disarankan untuk melakukan hal-hal berikut ini.

  • Mintalah bantuan suami atau keluarga jika ibu membutuhkan istirahat untuk menghilangkan kelelahan.
  • Beritahu suami mengenai apa yang sedang ibu rasakan. Mintalah dukungan dan pertolongannya.
  • Buang rasa cemas dan kekhawatiran akan kemampuan merawat bayi karena semakin sering merawat bayi, ibu akan semakin terampil dan percaya diri.
  • Carilah hiburan dan luangkan waktu untuk diri sendiri.

Ada kalanya, ibu merasakan kesedihan karena kebebasannya, otonomi, interaksi sosial, dan kemandiriannya berkurang. Hal ini akan mengakibatkan depresi pasca melahirkan (depresi postpartum). Berikut ini gejala-gejala depresi pasca melahirkan.
  • Sulit tidur, bahkan ketika bayi sudah tidur.
  • Nafsu makan hilang.
  • Perasaan tidak berdaya atau kehilangan kontrol.
  • Terlalu cemas atau tidak perhatian sama sekali pada bayi.
  • Tidak menyukai atau takut menyentuh bayi.
  • Pikiran yang menakutkan mengenai bayi.
  • Sedikit atau tidak ada perhatian terhadap penampilan pribadi.
  • Gejala fisik, seperti banyak wanita sulit bernafas atau perasaan berdebar-debar.

Jika ibu mengalami gejala-gejala tersebut, sebaiknya ibu memberitahu suami, bidan, atau dokter mengenai apa yang ibu rasakan. Jika ditemukan sejak dini, penyakit ini dapat disembuhkan dengan obat-obatan dan konsultasi dengan psikiaternya. Jika depresi yang ibu alami berkepanjangan, mungkin ibu perlu mendapat perawatan di rumah sakit.

Selain faktor-faktor hormonal dan gizi, agar produksi ASI lancar diperlukan pula faktor psikis. Dalam hal ini, fungsi otak mempunyai peranan dalam memacu atau menghambat kelenjar hipotalamus untuk menghasilkan hormon. Hormon ini mempunyai pengaruh pada kelenjar hipofisis dalam produksi prolaktin (sebagai pelancar ASI) dan oksitosin (sebagai perangsang terjadinya kontraksi rahim) setelah melahirkan. Dengan demikian, keinginan/kesediaan atau penolakan/keengganan ibu menyusui bayinya dapat memperlancar atau menghambat produksi ASI. Penerangan yang baik dan bantuan moril dapat memperlancar laktasi. Ibu disarankan untuk dapat ke klinik laktasi dan konsultasikan jika ada masalah mengenai ASI.

Post a Comment

0 Comments